Perpustakaan BBPMP Provinsi Jawa Barat - NPP 3217084A1000002

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Pustakawan
  • Area Anggota
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Pencarian berdasarkan :

SEMUA Pengarang Subjek ISBN/ISSN Pencarian Spesifik

Pencarian terakhir:

{{tmpObj[k].text}}
Image of Pabrik Gula Djatiroto
Penanda Bagikan

Buku

Pabrik Gula Djatiroto

Darto Harnoko - Nama Orang; Nurdiyanto - Nama Orang; Dwi Ratna Nurhajarini - Nama Orang;

Pabrik gula (PG) Djatiroto yang terletak Desa Kaliboto Lor, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, merupakan salah satu pabrik gula peninggalan kolonial yang masih bertahan sampai saat ini. Sepanjang sejarah kolonial, gula menjadi sarana eksploitasi yang efektif oleh pemerintah kolonial Belanda untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa. Pembangunan PG Djatiroto bermula ketika Handel Vereeniging Amstedam (HVA), sebuah perusahaan swasta milik Belanda pada tahun 1884, mencari lokasi untuk pabrik gula. Lokasi yang dirasa cocok baru ditemukan pada tahun 1901 yaitu di Desa Ranupakis, kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang. Pembersihan lokasi selesai pada tahun 1905. Pembangunan pabrik gula selesai tahun 1910. Setelah produk gula dipasarkan ternyata belum memenuhi permintaan pasar Eropa.
Untuk memenuhi permintaan pasar, pada tahun 1912 diadakan peningkatan kapasitas giling dari 1.100 ton tebu per hari (TTH) menjadi 2.400 TTH. Maka HVA mendirikan pabrik gula lagi yaitu PG Djatiroto. Jatiroto dipilih karena sudah menjadi daerah perkebunan tebu untuk memenuhi kebutuhan pabrik gula Ranupakis.
Pada tahun 1918 pemerintah Belanda mengeluarkan grondhuur ordonantie (ordnonantie sewa tanah) agar kapasitas giling tebu meningkat. Peraturan ini menjadikan perusahaan perkebunan memperoleh kesempatan untuk menyewa tanah rakyat dalam jangka 21,5 tahun. Karena mendapat sewa tanah dari rakyat dan tanah Hak Guna Usaha (HGU) yang sebagian besar berada di Jatiroto, maka pada tahun 1920 HVA menutup PG Ranupakis dan menggabungkannya dengan Jatiroto. Alasan lain posisi Jatiroto lebih strategis dan tanahnya lebih cocok dibanding Ranupakis.
Ketika Jepang berkuasa di Indonesia, produksi gula mengalami penurunan. Hal ini disebabkan banyak lahan tebu yang diubah menjadi lahan tanaman makanan (padi, jagung, ketela dan lain-lain) untuk kebutuhan Jepang. Setelah Jepang kalah dan Belanda masuk kembali ke Indonesia, fungsi pabrik gula dikembalikan seperti semula. PG Djatiroto selain memproduksi gula, juga mengembangkan produk lain sebagai hasil ikutan atau samping, yaitu pabrik spiritus dan alkohol. Konten Terkait: Detail Upacara Kematian Berbagai Golongan dalam Masyarakat Bali
Setelah Indonesia merdeka, salah satu program pemerintah adalah nasionalisasi perusahaan asing. Penyerahan PG Djatiroto dari pihak Belanda ke Indonesia tertuang dalam surat pemerintahan militer No SPPKM/016/12/1957. Pihak Belanda diwakili oleh Grit Van Lietje (administartur pabrik gula Djatirot HVA), sedangkan dari Indonesia diwakili oleh Soekanto, Soekandar dan Mochtar Effendy (pegawai pabrik gula Djatiroto). Setelah diserahkan sebagai administratur pertama ditunjuk R Moeljono Hadipoera. Bersamaan dengan pengalihan ini banyak pegawai Belanda yang kembali ke negara Belanda. Hal ini menimbulkan kekosongan tenaga ahli untuk mengurusi pabrik dan lahan perkebunan. Masalah lain adalah pemasaran karena harus mencari pasar baru dan penggantian onderdil atau suku cadang. Melalui proses jatuh bangun (dengan berbagai kebijakan dari pemerintah), pabrik gula Djatiroto tetap dapat bertahan. Salah satu faktor yang membuat pabrik gula Djatiroto tetap bertahan adalah memiliki tanah HGU yang cukup luas. Tanah ini cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan tebu, sehingga masa gilingnya mudah diatur. Belum lagi tambahan dari tanah non HGU atau tebu rakyat. Pada masa-masa giling sampai mendatangkan tenaga dari luar sebagai karyawan musiman atau tidak tetap.


Ketersediaan
#
Kampus Padalarang 992 HAR p
P10241S
Tersedia
#
Kampus Padalarang 992 HAR p
P10242S
Tersedia
Informasi Detail
Judul Seri
Kajian Industri Gula 1958-1980
No. Panggil
992 HAR p
Penerbit
D.I. Yogyakarta : Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB)., 2018
Deskripsi Fisik
x + 94 hlm.; 17 x 24 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
978-979-8971-85-3
Klasifikasi
992 HAR p
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
2018
Subjek
Sejarah
Kajian
Industri
Pabrik
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain

Lampiran Berkas
Tidak Ada Data
Komentar

Anda harus masuk sebelum memberikan komentar

Perpustakaan BBPMP Provinsi Jawa Barat - NPP 3217084A1000002
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Tentang Kami

Situs ini dibuat untuk menyediakan informasi praktis, terkini, dan lengkap mengenai koleksi perpustakaan kami kepada semua pengunjung, di mana pun dan kapan pun Anda membutuhkannya. Jelajahi situs ini untuk berinteraksi dan temukan layanan perpustakaan kami yang menggunakan aplikasi "SLiMS". Kami berkomitmen untuk terus berinovasi, meningkatkan budaya literasi, dan memberikan layanan yang berkualitas kepada Anda. Silakan eksplorasi situs ini dan temukan dunia pengetahuan yang lebih mudah diakses!

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

Donasi untuk SLiMS Kontribusi untuk SLiMS?

© 2025 — Senayan Developer Community

Ditenagai oleh SLiMS
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik
Kemana ingin Anda bagikan?